Senin, 23 Januari 2017

ORIENTASI NILAI BUDAYA

     Teori ini dirintis oleh sepasang suami-istri antropolog Clyde Kluckhohn dan Florence Kluckhohn yang diuraikan dalam serangkaian karangannya (Kluckhohn, 1951;1953;1956). Menurut teori tersebut soal-soal yang paling tinggi nilainya dalam hidup manusia dalam tiap kebudayaan minimal ada lima hal, yaitu 

1. soal human nature atau soal makna hidup manusia

2. Soal man-nature, atau soal makna dari hubungan manusia dengan alam

sekitarnya

3. soal time; yaitu persepsi manusia mengenai waktu.

4. Soal activity ; yaitu masalah makna dari pekerjaan, karya dan amal dari

perbuatan manusia.

5. Soal relational, yaitu soal hubungan manusia dengan sesama manusia

Lima masalah inilah yang disebut value orientations atau “orientasi nilai budaya”.

  Kluckhohn (dalam Yussuwadinata : 1996), Mengenai masalah hakekat karya manusia, ada kebudayaan-kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia itu pada hakekatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup, ada pula kebudayaan yang menganggap hakekat karya manusia itu untuk memberikannya suatu kedudukan yng penuh kehormatan dalam masyarakat, sedangkan kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia itu sebagai suatu gerak hidup yang menghasilkan lebih banyak lagi.



      Menurut UU Hamidy seorang budayawan Melayu (dalam Yussuwadinata: 1996), Ungkapan Melayu tidak tahu waktu merupakan ugkapan yang ditujukan kepada orang yang melalaikan shalat bukan kepada orang yang tidak mempergunakan waktunya secara ekonomis. Begitu terpusatnya pada masalah kehidupan akhirat, maka tidak jarang mereka mengabaikan masalah kualitas hidup didunia.



2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengertian Etos Kerja

Effendy ( 2003 :25 ), Etos berasal dari bahasa Yunaniyang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Manusia terdiri dari batin, pikir dan lahir, secara lebih jelas dapat dikembangkan menjadi keyakinan – kepercayaan- cara pikir – perbuatan. Keyakinan adalah sesuatu yang sulit di rubah, termasuk di sini adalah nilai-nilai tentang baik buruk, hati nurani, dan ajaran agama.



Menurut Bukhori (dalam Yussuwadinata : 1996 ), kata etos berasal dari Yunani yaitu ethos yang berarti ciri,sifat,atau kebiasaan, adat istiadat atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa. Sedangkan kerja adalah kegiatan.



Lebih lanjut etos dalam arti modern dikembangkan oleh filsuf Immanuel Kant ( dalam Yussuwadinata : 1996 : 59 ) yang menyatakan etos merupakan kehendak otonom sebagai ciri khas setiap moral, dalam kaitannya dengan kerja, etos diartikan sebagai sikap kehendak yang di tuntut terhadap kegiatan tertentu.



Adapun menurut Tasmara (2002:27), kerja adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan menyerahkan asset, fikir, dan dzikir untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.



Pelly (dalam Yussuwadinata :1996) bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki Etos Kerja.



Sesuai dengan keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar, maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup.



Etos kerja menunjukkan motivasi dan dorongan yang melandasi seseorang melakukan kerja, semakin kuat motivasi dan dorongan seseorang melakukan kerja semakin mampu pula untuk menyiapkan rencana yang dipandangnya dapat mensukseskan kerja.



Begitu pula dengan masyarakat melayu pesisir dalam perkembangan dewasa ini, etos kerja mereka semakin rendah terlihat dari masyarakat melayu yang memandang suatu hasil kerja itu hanya nafkah hidup, padahal karya itu seharusnya untuk menambah daya kreasi didalam bekerja. Selanjutnya dalam hakikat hidup masyarakat melayu memandang ke masa lalu dan masa depan, akan tetapi masa depan yang dimaksud oleh mereka adalah akhirat.



Pandangan mereka terhadap alam masih dalam tahap penyelarasan, padahal seharusnya menguasai alam dan pandangan mereka terhadap sesamanya menitik beratkan kepada kebersamaan. Orientasi nilai-nilai budaya tersebut sebagian besar tidak mendukung nilai-nilai yang diperlukan dalam pembangunan, karena kurang bermuara dan mendukung etos kerja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BENTUK-BENTUK KEPEMILIKAN USAHA

BENTUK – BENTUK KEPEMILIKAN USAHA             Bentuk-Bentuk Kepemilikan Bisnis Pemilihan bentuk kepemilikan bisnis merupakan langkah awa...